Pada tahun 2003, tepatnya bulan Juni, saya bergabung dengan sebuah pesantren modern yang berbasis pada pendidikan agama dan kewirausahaan. Nama pesantren tersebut adalah Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman bin Auf atau biasa disingkat PERWIRA AbA, berlokasi di tengah persawahan desa Bulan, Wonosari, Klaten, Jawa Tengah.
Santri Perwira AbA adalah laki-laki muslim berusia 18 - 25 tahun, bisa membaca al Qur'an, berpendidikan minimal setingkat SLTP, maksimal setingkat SLTA dengan berbagai macam disiplin ilmu yang berbeda serta mempunyai semangat berwirausaha.
Adalah merupakan tantangan tersendiri bagi saya yang diberi tugas untuk memberikan pendidikan Akuntansi bagi para santri yang mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda.
Setelah melakukan riset dan uji coba kurang lebih satu tahun, akhirnya tersusunlah sebuah metode penyusunan laporan keuangan yang sangat sederhana dan bersatandar umum. Kami biasa menyebutnya: AKUNTANSI TABELARIS.
Dinamakan demikian karena, dalam proses penyusunan laporan keuangannya, tidak menggunakan sistem DEBET dan KREDIT namun menggunakan TABEL yang merupakan ringkasan pencatatan dari semua transaksi yang terjadi. Yang hasil akhirnya langsung berupa Laporan NERACA dan LABA RUGI, sedangkan Laporan Perubahan Modal dan Arus Kas dibuat setelah pelaporan keduanya selesai.
Mungkin bagi para praktisi atau akademisi, masih asing dengan Akuntansi Tabelaris. Nama atau sebutan untuk sistem pembukuan ini sebenarnya hanyalah untuk membedakan sistem yang digunakan saat proses pencatatan, sedangkan hasil pelaporannya tetap sama dengan sistem akuntansi pada umumnya.
Santri Perwira AbA adalah laki-laki muslim berusia 18 - 25 tahun, bisa membaca al Qur'an, berpendidikan minimal setingkat SLTP, maksimal setingkat SLTA dengan berbagai macam disiplin ilmu yang berbeda serta mempunyai semangat berwirausaha.
Adalah merupakan tantangan tersendiri bagi saya yang diberi tugas untuk memberikan pendidikan Akuntansi bagi para santri yang mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda.
Setelah melakukan riset dan uji coba kurang lebih satu tahun, akhirnya tersusunlah sebuah metode penyusunan laporan keuangan yang sangat sederhana dan bersatandar umum. Kami biasa menyebutnya: AKUNTANSI TABELARIS.
Dinamakan demikian karena, dalam proses penyusunan laporan keuangannya, tidak menggunakan sistem DEBET dan KREDIT namun menggunakan TABEL yang merupakan ringkasan pencatatan dari semua transaksi yang terjadi. Yang hasil akhirnya langsung berupa Laporan NERACA dan LABA RUGI, sedangkan Laporan Perubahan Modal dan Arus Kas dibuat setelah pelaporan keduanya selesai.
Mungkin bagi para praktisi atau akademisi, masih asing dengan Akuntansi Tabelaris. Nama atau sebutan untuk sistem pembukuan ini sebenarnya hanyalah untuk membedakan sistem yang digunakan saat proses pencatatan, sedangkan hasil pelaporannya tetap sama dengan sistem akuntansi pada umumnya.